![]() |
Poker Online Terpercaya |
Sesudah Ujian Akhir Semester (UAS), saya segera pergi ke kota Bandung untuk liburan. Terlebih dulu saya memanglah belum juga sempat memijakkan kaki di Kota Kembang itu. Saya juga ingin
rasakan indahnya Kota Kembang. Itulah penyebabnya saya nekat pergi ke Bandung sendirian. Yang perlu membawa uang banyak. Walau demikian, masalah uang saya tidaklah terlalu foya-foya. Bahkan juga senantiasa berupaya untuk berhemat. Namun bila untuk masalah cewek, mungkin saja beda masalahnya.
Saya bermalam di hotel murah, Hotel Melati II, di Sekitaran Alun-alun kota Bandung. Murah namun bersih. Meski begitu bila malam cukup berisik. Saya telah susuri beberapa tempat gituan, diantaranya di Saritem serta Stasiun. Namun WTS-nya tak ada yang menarik perhatianku. Lantas, saya pergi makan di Mc Donal BIP. Eh, saat sebagian asiknya makan, mendadak pandanganku bertatapan dengan seseorang wanita 1/2 baya. Sesudah kuperhatikan, ya ampun nyatanya Tante Susan. Mungkin saja telah sepuluh th. saya tidak sempat ketemu. Saat itu saya masih tetap kecil.
“Apa berita, Tante! ”, sapaku sembari mendekat.
Pada akhirnya saya makan semeja dengan Tante Susan yang kebetulan juga tengah sendiri. Tante Susan nyaris lupa melihatku.
“Maklum, kamu saat ini telah besar”, kata Tante Susan.
Demikian tante tahu saya bermalam di hotel, segera saja ditawari bermalam di tempat tinggalnya. Tuturnya di tempat tinggalnya tak ada orang, ke-2 anaknya tengah studi di Perancis serta Jerman.
Yah, kupikir-pikir saya dapat menghemat uang. Saya sudah pasti menyepakati ajakannya. Hari itu juga saya segera geser ke tempat tinggal Tante Susan. Saya di beri satu kamar depan. Cukup bersih serta elegan. Tempat tinggalnya di lokasi Dago Atas. Sesungguhnya Tante tinggal dengan Om, namun Om tengah ada di negeri Paman Sam untuk ambil titel Doctor di Kampus Harvard. Maklum Om-ku dosen satu diantara perguruan tinggi swasta di Bandung serta Jakarta. Malam itu saya tidur begitu lelap sekali. Maklum lelah!
Hari ke-2 saya baru tahu, nyatanya paviliun samping dipakai untuk terima kost, dua orang mahasiswa, yang satu mahasiswa fakultas tehnik namanya Mas Ary sedang yang satunya mahasiswa fakultas ekonomi, namanya Mas Yudi. Kata tante, lumayan buat bebrapa lebih uang berbelanja. Tante nyatanya juga pembantu wanita, Teh (Teh atau Teteh bhs Sunda untuk Mbak) Mimin namanya. Wah, ya cukup beberapa orang.
Siang harinya tak ada peristiwa yang menarik. Sepulang dari Maribaya serta Tangkuban Parahu selalu tidur hingga sore. Sesudah makan malam selalu ke kamar tidur nonton TV sembari tidur-tiduran. Tidak merasa, jam pada dinding sudah tunjukkan jam 24. 00. Pada akhirnya TV kumatikan. Lampu kamar yang jelas benderang kumatikan serta kuganti lampu tidur lima watt warna biru. Sepi sekali suasananya.
Poker Online Terpercaya
Tetapi, di dalam situasi yang sepi itu, kok saya perasaan mendengar ada orang bicara bisik-bisik? Mungkinkah pencuri? Karna penasaran, saya bangun bebrapa perlahan. Saya mengintip keluar lewat jendela, nyatanya tak ada siapapun juga.Ah, kok kelihatannya dari kamar tante. Akupun ambil kursi serta kuletakkan di dekat tembok. Diatas tembok ada lubang angin-angin kecil sekali, itupun tertutup karton. Karna penasaran, saya ambil jarum serta membuat lubang kecil di karton itu. Sesudah lubangnya lumayan, saya cobalah mengintip.
“Wow.., malam-malam begini ingin ngapain tuch Mas Ary, si anak kost? ”, fikirku sembari memerhatikan. Tante serta Mas Ary terlihat duduk berdua ditempat tidur. Meskipun kamar Tante Susan menggunakan lampu lima watt, tetapi mataku masih tetap mampu lihat dengan terang.
Uh, ingin ngapain Mas Ary?, Kulihat sebentar-sebentar mencium pipi Tante Susan, kulihat Tante Susan tersenyum. Serta lalu dengan tenangnya Mas Ary mulai buka pakaian Tante Susan serta tinggal kenakan BH.
Kuakui, tanteku memanglah masih tetap termasuk muda, belum juga berumur 40 th.. Badannya montok, kulitnya putih, berwajah serupa Dessy Ratnasari. Rambutnya pendek jenis Lady Diana, badannya langsing. Selang beberapa saat Mas Ary melepas BH tanteku.
Duh.., nyatanya montok sekali. Diam-diam saya mulai terangsang. Burungku mulai jadi membesar. Saya tetaplah berdiri dengan tenang diatas kursi.
Selanjutnya kulihat Tante Susan ganti melepas pakaian Mas Ary. Satu persatu kancing pakaiannya dilepaskan, pada akhirnya pakaiannya dibuang ke lantai. Bisa juga badan Mas Ary, tegap serta atletis. Wow.., mereka lalu sama-sama cium bibir. Sama-sama mengelus punggung. Sebentar-sebentar tangan Mas Ary meremas-remas payudara Tante Susan. Sebagian menit lalu kulihat Mas Ary buka ritsluiting rok yang digunakan tanteku, lalu dilepasnya rok itu hingga tanteku hanya menggunakan celana dalam saja. Adegan tersebut tanteku ganti buka kancing celana Mas Ary, dilepasnya satu persatu, lalu ditariknya hingga terlepas serta tinggal celana dalamnya saja.
Lagi-lagi keduanya berpelukan sekali lagi serta berciuman mesra sekali. Lalu Mas Ary mencium leher Tanteku, lantas payudaranya, lantas perutnya, lantas pahanya. Serta lalu tangannya memelorotkan celana dalam Tanteku. Terlepas!, Lalu ditempatkan di kursi. Step selanjutnya Mas Ary buka sendiri celana dalamnya. Kulihat penis Mas Ary besar serta panjang seperti punyanya orang Arab. Jantungku berdetak keras sekali. Bahkan juga penisku ikutan jadi keras. Terlebih lihat keduanya lalu keduanya sama dalam tempat berdiri, sama-sama berpelukan, bebrapa sekali lagi sama-sama berciuman.
Sekitaran tiga menit lalu dengan tempat berdiri, Mas Ary memasukkan ujung penisnya ke lubang kemaluan tanteku. Setelah itu mereka berpelukan rapat sekali sembari menggoyang-goyang pinggul semasing. Cukup lama. Pada akhirnya kulihat mereka berdua telah sama-sama orgasme. Hal semacam ini tampak karna mereka membuat pergerakan yang cukup agresif sekali. Meskipun samar-samar, kudengar nada uh.., uh.., uh.., dari mulut Tante Susan. Sialnya, tidak merasa akupun alami orgasme, celana dalamku jadi basah, apa bisa buat.
Poker Online Terpercaya
Adegan selanjutnya dikerjakan seperti umum, yakni tante ada ditempat tidur dengan tempat dibawah serta Mas Ary diatas. Apa yang kulihat memang sungguh-sungguh mengasyikkan. Maklum, baru sekali itu saya lihat dengan mata kepala sendiri adegan sex yang dikerjakan orang yang lain.Besok harinya saya berlaku bebrapa umum saja seakan-akan tak ada peristiwa apa-apa. Kulihat Tante juga berlaku bebrapa umum saja. Makan pagi dengan. Setelah itu saya pergi ke Pangalengan sebatas rekreasi.
Sore harinya saya telah tiba dirumah sekali lagi. Seperti tempo hari, sore-sore pembantu tante sediakan teh manis serta roti. Kulihat, pembantu Tante Susan yang namanya Teh Mimin ini termasuk seksi juga. Umurnya kurang lebih serupa dengan umurku, yakni sekitaran 19 th.. Selalu jelas, nafsuku jadi bangkit lihat buah dadanya yang montok itu. Kata tanteku Teh Mimin telah miliki anak, namun ditinggal di desanya, dirawat neneknya. Setiap hari Kamis tentu pulang ke kampung untuk menengok anaknya.
Malamnya saya tidak dapat tidur. Sebentar-sebentar saya mengintip kamar tanteku. Tetapi sampai jam 24. 00 nyatanya tak ada peristiwa apa-apa. Pada akhirnya saya tidur nyenyak.
Sekitaran jam 10 : 15 saya menuju ke terminal Ledeng. Saya kepingin lihat object pariwisata Ciater. Eh.., nyatanya saya ketemu Teh Mimin.
“Mau kemana Teh”, tanyaku.
“Ke Subang.., nengok anak Mas.. ”.
“Wah, keduanya sama saja, deh.. ”, ajakku.
Nyatanya ya lancar-lancar saja. Saya duduk berdua dengan Teh Mimin. Pada akhirnya saya mencari-cari argumen untuk ditemani di Ciater, soalnya saya belum juga hafal kota Bandung. Karna hari masih tetap siang, pada akhirnya ingin juga Teh Mimin temani saya. Meskipun gadis desa, namun Teh Mimin pernah mengecap bangku SLTP sampai lulus. Langkah berpakaiannya juga termasuk rapi seperti pelajar-pelajar biasanya.
Hingga di Ciater saya menyewa satu diantara bungalow dengan argumen menginginkan istirahat. Kebetulan tempat tinggal Teh Mimin tidak demikian jauh dari bungalow tempatku istirahat. Saya mencarinya argumen sekali lagi. Saya katakan, di Ciater tak ada yang jualan nasi goreng, bila tidak keberatan saya minta Teh Mimin kelak malam mengantarkan nasi goreng. Nyatanya Teh Mimin tidak keberatan. Ya demikianlah, tanpa ada rasa berprasangka buruk sedikitpun, sekitaran jam 19. 00 Teh Mimin sudah ada di bungalowku mengantarkan nasi goreng. Kuajak bercakap ngalor-ngidul mengenai apa sajakah.
Pada akhirnya obrolanku agak nyenggol-nyenggol dikit mengenai sex. Teh Mimin katakan telah lama tidak mengerjakannya karna suaminya telah tiga bln. ini impoten karena kecelakaan sepeda motor. “Nah.., inilah yang kucari”, fikirku.
Berniat memanglah saya bercakap selalu hingga tanpa ada merasa sudah jam 21. 30. Saat Teh Mimin pamit pulang, akupun katakan, tambah baik janganlah pulang karna malam-malam begini beberapa orang iseng atau orang jahat.
“Tidur saja disini Teh, kan ada dua kamar. Teh Mimin di kamar samping, saya di sini”, kataku.
Sesudah kubujuk habis-habisan pada akhirnya Teh Mimin ingin juga tinggal di kamar samping.
Kurang lebih jam 24. 00 saya mengendap-endap jalan perlahan menuju ke kamar Teh Mimin.
“Kok, belum juga tidur? ”, tanyaku perlahan sembari tutup pintu.
“Dingin Mas udara Ciater”, tuturnya sembari tetaplah kemampuanng ditempat tidur sembari memegangi selimut yang menutupi badannya.
“Aku juga kedinginan”, kataku.
Entahlah, kelihatannya telah sama-sama memerlukan. Saat saya merebahkan badanku di sebelahnya, Teh Mimin diam saja. Akupun menarik selimutnya hingga kami berdua ada didalam satu selimut. Untuk menyingkirkan rasa dingin kupeluk Teh Mimin. Nyatanya diam saja. Demikian halnya saat kuraba-raba payudaranya yang montok nyatanya juga diam saja.
Pada akhirnya dengan gampang saya dapat melepas pakaian, BH, rok serta celana dalamnya. Cuma kurun waktu sebagian detik saja kami berdua telah dalam kondisi bugil tanpa ada sehelai benangpun. Meski begitu kami masih tetap didalam satu selimut. Demikianlah, tanpa ada kendala, malam itu saya dengan gampang dapat menyetubuhi Teh Mimin sampai 2 x. Nampaknya Teh Mimin alami orgasme sampai 2 x.
“Terima kasih Mas, Telah lama saya tidak rasakan yang begini-begini.., Suamiku telah tidak mampu lagi”, bisiknya sembari mencium bibirku.
Poker Online Terpercaya
Besok pagi subuh, Teh Mimin kembali pulang ke tempat tinggalnya. Sedang saya kembali pada Bandung agak sorenya. Maklum saya masih tetap menginginkan nikmati panorama sekitaran perkebunan teh di Ciater.Sore harinya saya hingga di Bandung serta sikapku bebrapa umum saja pada Teh Mimin, seakan-akan tak ada peristiwa apa-apa. Lagipula saya juga pesan supaya Teh Mimin tak perlu narasi pada siapapun juga. tidak enak bila hingga Tante Susan tahu. Demikianlah. Tidak merasa malam sudah tiba sekali lagi serta saat tidurpun sudah menyambut.
Jam 24. 00, Seperti umum lampu kamar kumatikan serta kugantikan lampu tidur lima watt. Eh.., bebrapa sekali lagi saya mendengar orang bisik-bisik. Tentu di kamar Tante Susan. Akupun dengan bebrapa perlahan ambil kursi serta mulai mengintip dari lubang kecil yang tempo hari kubuat. Kali itu saya agak terperanjat. Nyatanya kali itu bukanlah Mas Ary, namun Mas Budi. Wah, Tanteku nyatanya termasuk hyperseks. Malam itu seperti bebrapa tempo hari juga. Mas Budi kulihat menyetubuhi tanteku dengan beragam tempat. Bahkan juga pernah kulihat Tante Susan ada di tempat atas. Hilang ingatan!, bebrapa sekali lagi saya alami orgasme sendirian. “Creet.., creet.., cret”, celana dalamku basah sekali lagi. Sangat terpaksa saya mesti ganti celana dalam. Dalam hati, diam-diam saya memikirkan begitu enaknya bila saya dapat menyetubuhi tanteku sendiri. Memanglah ini adalah penyimpangan. Namun, ya apa kelirunya, toh tanteku ingin dengan Mas Ary serta Mas Budi. Namun apa ingin dengan saya? Semalaman saya tidak dapat tidur karna mencari kiat agar saya dapat meniduri Tante Susan.
Apa yang sempat disebutkan Teh Mimin di Ciater memanglah benar. Setiap hari Sabtu Mas Ary serta Mas Budi pulang ke Jakarta. Hingga hari Sabtu itu hanya ada saya, Teh Mimin serta Tante Susan. Saya pusing 1/2 mati mencari kiat untuk merayu Tante Susan, tetapi belum juga ketemu-ketemu juga jalan keluarnya. Tetapi, pada akhirnya saya miliki inspirasi.
“Tante sukai nonton?, Kebetulan hari ini hari lagi th. Ryan”, kataku di pintu kamarnya Tante Susan. Tante saat itu tengah membereskan rambutnya dimuka kaca.
“Ah.., Tante tidak tahu bila kamu lagi th.. Selamat Ya”, tutur Tante sembari menuju ke tempatku. Dijabatnya tanganku, “Happy Birthday, ingin traktir Tante, nih.. ”.
“Ya, bila Tante tidak keberatan”, ujarku penuh berharap.
Nyatanya pancinganku berhasil. Malam itu saya nonton bioskop yang jam 21. 00, soalnya ingin nonton yang jam 19. 00 telah ketinggal karna jam sudah tunjukkan jam 20. 00.
Pulang nonton sekitaran jam 23. 00 Hingga dirumah, Tante Susan tidak dapat masuk ke kamarnya.
“Aduh, barusan saya simpan dimana ya kunci kamarku? ”, kata Tante sembari mondar-mandir.
“Waduh, tidak tahu Tante. Barusan ditempatkan dimana? ”, jawabku bohong. Walau sebenarnya, sebelumnya pergi, pada saat Tante Susan ke kamar mandi sebentar, kunci kamar yang digelatakkan di dekat meja telepon pernah kusembunyikan dibawah kursi.
Akupun pura-pura membantunya mencari. Sekitaran 1/2 jam tidak ketemu, pada akhirnya saya katakan, “Tidur saja di kamar Ryan, Tante. Agar Ryan tidur di kursi tamu saja.. ”.
Mungkin saja karna telah lelah, pada akhirnya Tante Susan tidak miliki alternatif lain, pada akhirnya tidur di kamarku serta saya tidur di kursi tamu. Tetapi sekitaran 1/2 jam, saya masuk ke kamar.
“Di luar dingin Tante, bisa tidur disini saja? Tidak apa-apa khan? ”, tanyaku.
“Oo, silahkan.. ”, jawab Tante.
Akupun merebahkan badanku di samping badan Tante Susan. Jantungku berdetak keras, otakku selalu mencari kiat tersebut. Bagaimana nih langkah mengawalinya? Sulit juga!
“Aduh, Tante bila tidur kok membelakangi saya”, kataku perlahan.
“Oh ya, maaf. Rutinitas sich.. ”, Tanteku membalikkan tubuhnya, miring menghadap ke arahku.
Seakan-akan tidak berniat, tanganku menyenggol payudara Tante.
“Maaf Tante, tidak berniat.. ”.
“Ah.., tidak apa-apa”.
“Maaf Tante, payudara Tante indah sekali”, pancingku.
Kulihat Tanteku buka matanya serta tersenyum.
“Boleh saya memegangnya Tante? ”, bisikku, “Soalnya seumur hidup saya belum juga sempat lihat payudara seindah ini”, rayuku.
“Ah, sah-sah saja.. ”.
Poker Online Terpercaya
Akupun dengan tangan gemetaran memegang payudara tanteku.“Aduh, tangan saya gemetaran Tante. Maklum, belum juga pernah”, pancingku sekali lagi. Semakin lama saya semakin berani. Tanganku menyelinap ke BH-nya.
“Boleh saya buka BH-nya Tante? ”, tanyaku penuh berharap 1/2 berbisik.
Tidak ada jawaban. Akupun membulatkan tekad melepas kancing pakaian Tanteku satu persatu serta pada akhirnya saya berhasil melepas BH Tanteku dengan gampang. Tampaklah payudara yang montok padat diisi. Akupun meremas-remasnya. Lama kelamaan, nampaknya tanteku mulai terangsang, nafasnya panjang-panjang. Diciumnya keningku, pipiku lalu bibirku. Kulihat Tante mulai buka kancing bajuku satu persatu serta pada akhirnya saya tanpa ada pakaian.
“Tante, saya belum juga sempat.. ”, bisikku perlahan. Sudah pasti saya berbohong.
“Nggak apa-apa, kelak Tante ajarin.. ”.
Demikianlah, sebagian menit lalu Tanteku melepas celanaku serta pada akhirnya celana dalamku. Demikian halnya, Tante melepas sendiri rok serta celana dalamnya. Kami berdua telah dalam kondisi telanjang bulat.
“Tante, saya belum juga dapat.. ”, saya berbohong sekali lagi.
“Nanti Tante ajarin.. ”, bisiknya.
Demikianlah, pada akhirnya hasratku untuk menekuni Tante Susan sudah berhasil. Malam itu saya bermain sampai alami orgasme 2 x. Demikian pula, Tante Susan juga 2 x alami orgasme.
“Ah, Ryan!, Kamu sudah membohongi Tante! Nyatanya kamu jagoan! Tante senang..! ”, bisik Tanteku sembari menuju ke kamar mandi. Malam itu saya serta Tante tidur berdua telanjang bulat dibawah satu selimut hingga pagi hari.
Hari Minggu ini sepi. Mas Ary serta Mas Budi belum juga pulang. Kata tante, mereka berdua umumnya pulang ke tempat kost hari Senin pagi. Yang ada hanya Teh Mimin, disamping itu setiap Minggu pagi Tante ikuti senam aerobik serta disambung arisan RT/RW. Tuturnya, Tante akan pulang agak sore. Ya, dari pada tidak ada acara, pada akhirnya saya menuju ke dapur. Kulihat Teh Mimin tengah menyiapkan makan siang. Kulihat Teh Mimin tersenyum penuh arti. Tanpa ada basa-basi, kupeluk Teh Mimin serta kutarik ke kamarnya. Demikianlah, tanpa ada rintangan yang bermakna, saya serta Teh Mimin hari itu bersuka cita nikmati hari Minggu yang sepi. Di kamar Teh Mimin yang ukurannya kecil itu, ditempat tidur tanpa ada kasur, untuk yang ke-2 kalinya saya menekuni Teh Mimin. Lagi-lagi Teh Mimin mengatakan terima kasih karna saya sudah berulang-kali memberi kenikmatan batin yang sepanjang sebagian bln. ini tidak sempat dikerjakan suaminya.
Malam harinya, Tante Susan mendatangi kamarku serta mengajak begituan sekali lagi. Ya, kapan sekali lagi. Tanteku termasuk masih tetap muda, cantik, seksi. Kami berdua betul-betul peroleh kenikmatan lahir serta batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar