Breaking

Poker Online Terbaik Indonesia

Sabtu, 02 September 2017

Nikmatnya Perawan Gadis Desa

Poker Online Terpercaya


Saya sedih lihat kondisi keluargaku, ayahku yaitu seseorang Pegawai Negeri kelompok II, ibuku hanya seseorang Ibu Tempat tinggal Tangga yg tidak memiliki skill, kerjanya cuma mengurusi putra-putrinya. Rasa-rasanya saya menginginkan menolong bapak, mencari uang. Namun apalah daya saya cuma lulusan sekolah menengah, tetapi demikian kucoba untuk melamar kerja di perusahaan yang berada di kota Manado. Akhirnya nihil, tidak satupun perusahaan yang terima lamaranku. Saya mahfum, sewaktu krisis saat ini banyak PT yang jatuh bangkrut, jikalau ada PT yang bertahan itu karna mem-PHK beberapa karyawannya.

Poker Online Terpercaya

Lantas saya berfikir, mengapa saya tidak ke Jakarta saja, kata orang di Ibukota banyak lowongan pekerjaan, serta saya teringat tetanggaku Mona namanya, dia itu tuturnya berhasil hidup di Jakarta, dapat dibuktikan kehidupan keluarganya bertambah mencolok. Dulu kehidupan keluarga Mona tidak jauh berlainan dengan kondisi keluargaku, pas-pasan. Namun mulai sejak Mona merantau ke Jakarta, ekonomi keluarganya semakin lama semakin beralih. Bangunan tempat tinggal Mona saat ini telah permanen, isi perabotnya serba baru, dari kursi tamu, tempat tidur semua elegan, juga TV 29″ antena parabola serta VCD mereka punyai. Saya menginginkan seperti Mona, toh dia juga cuma tamatan SMA. Bila dia dapat mengapa saya tidak? Saya mesti yakin.

Disuatu hari di bulan September, th. 1998 saya pamit pada keluargaku untuk merantau ke Jakarta. Walau berat ayah serta ibu merelakan kepergianku. Berbekal uang Rp 75. 000 serta ticket kelas Ekonomi hasil hutang papaku di kantor, saya pada akhirnya meninggalkan desa terkasih di Kawanua. Dari desa saya menuju pelabuhan Bitung, saya mesti telah tiba di pelabuhan sebelumnya jam 6 sore karna KM Ciremai jurusan Tg. Priok pergi jam 19 : 00 WIT, saat satu jam pasti cukup untuk mencari tempat yang nyaman. Karna tiketku tidak memberikan nomor seat, maklum kelas ekonomi, saya mengharapkan memperoleh lapak untuk mengadakan tikar ukuran tubuhku. Namun sial, angkutan yang menuju pelabuhan demikian terlambat, pada saat itu jam telah menunjuk jam 18 : 45. Waktuku cuma 15 menit. Nyatanya KM. Ciremai telah berlabuh, saya lihat hiruk pikuk penumpang berebut menaiki tangga, saya termasuk calon penumpang yang paling akhir, dengan sisa-sisa tenagaku, saya berupaya lari menuju KM. Ciremai, saya cuma menggendong tas punggung yang diisi baju 3 potong. Saya telah ada di dek kapal kelas ekonomi, namun nyaris semuanya ruang telah penuh oleh beberapa penumpang. Keringat membasahi semua badanku, ruang demikian merasa pengap oleh nafas-nafas manusia yang bejibun. Saya cuma dapat berdiri dimuka satu kamar yang bertuliskan Crew, di sekitarku ada seseorang Ibu tua dengan 2 orang anak lelaki umur sekolah basic. Mereka tiduran di emperan namun nampaknya mereka cukup berbahagia karna bisa selonjoran. Saya berupaya mencari celah ruangan agar bisa jongkok. Saya bersukur, Ibu Tua itu rupanya berbaik hati karna bersedia menggeserkan kakinya, saat ini saya bisa duduk, namun hingga kapan saya duduk kuat lewat cara duduk begini. Sedang perjalanan menelan saat 2 hari 2 malam. Selang beberapa saat KM. Ciremai pergi meninggalkan pelabuhan Bitung, hatiku sedikit lega, serta saya berdoa mudah-mudahan perjalanku ini juga akan merubah nasib. Tidak sadar saya tertidur, saya sedikit terperanjat pada saat petugas bertanya ticket, saya ingat tiketku berada di dalam tas punggungku. Namun apa lacur, tasku raib tak tahu di mana, saya cemas, saya berupaya mencari serta ajukan pertanyaan pada Ibu tua serta anak lelakinya, namun mereka cuma menggelengkan kepala. “Cepat mengeluarkan tiketmu.. ” tutur seseorang petugas sedikit menghardik. “Aku kehilangan tas, ticket serta uangku berada di situ.. ” jawabku dengan sedih. “Hah, bohong anda, itu argumen kuno, katakan saja anda tidak beli ticket, Mari turut kami ke atas, ” bentak petugas yang bertampang sangar. Pada akhirnya saya dibawa ke dek atas serta ditempatkan pada atasan petugas ticket barusan. “Oh.. ini orangnya, berani-beraninya anda naik kapal tanpa ada ticket, ” kata sang atasan barusan. “Tiketku hilang dengan bajuku yang berada di tas, saya tidak bohong Pak, namun betul-betul hilang.. ” “Bah itu sich argumen classic Non, telah beberapa ratus orang yang minta dikasihani dengan buat argumen itu. ” ucapnya sekali lagi. “Kalau Ayah tidak yakin ya telah, saat ini saya dihukum apa pun juga akan saya kerjakan, yang perlu saya hingga di Jakarta. ” “Bagus, itu jawaban yang saya bebrapa tunggulah.. ” tutur lelaki mengenakan seragam putih-putih itu. Bila kutaksir mungkin saja lelaki itu baru berumur 45 th., namun masih tetap tegap serta atletis, cuma kumis serta rambutnya yang menonjolkan ketuaannya karna agak beruban. “Tapi ingat anda telah berjanji, juga akan lakukan apa sajakah.. ” tutur lelaki itu, seraya tunjukkan jarinya ke jidatku. “Sekarang anda mandi, agar tidak bau, tuch handuknya serta disana kamar mandinya.. ” sembari menunjuk ke arah kiri. Begitu girang hatiku, diperlakukan sesuai sama itu, saya tidak menganggap lelaki itu nyatanya baik juga. Begitu segarnya kelak sesudah saya mandi. “Terima kasih Pak, ” ujarku seraya membulatkan tekad untuk memandang berwajah, nyatanya ganteng juga. “Jangan panggil Pak, panggil saya Kapten.. ” tegasnya. Saya pernah membaca namanya yang tercantum di pakaian putihnya. “Kapten Jonny” tersebut namanya. Saya saat ini telah ada di kamar mandi. “Wah, begitu wanginya tuch kamar mandi, ” gumamku hampir tidak terdengar. Kunyalakan showernya jadi muncratlah air fresh membasahi badanku yang mulus ini, kugosok-gosokan tubuhku dengan sabun, kuraih shampo untuk membersihkan rambutku yang pernah lengket karna keringat. Sepuluh menit lalu saya keluar dari kamar mandi, saya bingung untuk bersalin baju, saya mesti katakan apa pada Sang Kapten. “Wah cantik juga anda, ” mendadak nada itu mengagetkan diriku.

Poker Online Terpercaya

Serta yang lebih mengagetkan yaitu pelukan Sang Kapten dari arah belakang. Saya cuma terdiam, “Siapa namamu, Sayang? ” bisiknya mesra. “Inge.. ” jawabku lirih. Saya tidak berupaya berontak, karna saya ingat juga akan janjiku barusan. Karna saya diam tidak berreaksi, jadi tangan Sang Kapten semakin berani saja menelusuri dadaku serta menciumi leher dan telingaku. Saya menggelinjang, tak tahu geli atau terangsang, yang tentu hingga usiaku 19 th. saya belum juga sempat rasakan sentuhan lelaki. Bukannya tak ada lelaki yang naksir padaku, ini karna sikapku yang tidak ingin berpacaran. Banyak rekan sekelas yang berupaya mendekatiku, terkecuali lumayan cantik, saya juga termasuk pintar, maka dari itu saya memperoleh beasiswa. Jadi tidak heran banyak lelaki di sekolahku yang berupaya memacariku, namun saya cuek, dengan kata lain tidak merespon. “Ooohh.. janganlah Kapten. ” cuma kalimat itu yang keluar dari mulutku saat pria separuh baya itu menyentuh barang yang sangat bernilai untuk wanita, bulu-bulu lembut yang tumbuh di sekitaran vaginaku dielusnya dengan lembut, sesaat handuk yang menempel di badanku telah jatuh ke lantai. Serta saya juga tahu kalau lelaki ini telah bertelanjang bulat. Saya rasakan benda kenyal yang mengeras menyentuh pantatku, nafas hangat serta wangi yang memburu selalu menelusuri punggungku, tangannya yang barusan mengelus vaginaku saat ini meremas-remas ke-2 payudaraku yang ranum, ini buat dadaku membusung serta mengeras. Saya tidak yakin, tangan lelaki ini seakan memiliki kandungan magnet, karna dapat menghidupkan gairah yang tidak sempat kurasakan seumur hidupku. “Ooohh.. aahh.. ” cuma desahan panjang yang bisa kuekspresikan kalau diriku ada dalam libido yang benar-benar mengasyikan. “Inge kau benar-benar lugu, pegang dong batangku, ” kata Kapten Jonny, seraya mencapai tanganku serta melekatkannya ke batang zakarnya yang keras namun kenyal. “Jangan diam saja, remaslah, agar kita keduanya sama enak.. ” katanya sekali lagi. Pada akhirnya meskipun saya terlebih dulu tidak sempat lakukan senggama, perasaanku seakan menuntun apa yang perlu kuperbuat jika bercumbu dengan seseorang lelaki. Pada akhirnya saya berbalik, kuraih batang kemaluannya kuremas serta kukocok-kocok, hingga kumainkan biji pelirnya yang licin. Sang Kapten mendesah-desah, “Ooohh.. aachh.. enak sekali Sayang, lanjutkan.. oh lanjutkan.. ” sembari matanya terpejam-pejam. Saya jongkok, tanpa ada sangsi kujilat serta kukulum torpedo Sang kapten, hingga tenggelam ke tenggorokanku.

Saya betul-betul menikmatinya seperti nikmati es Jolly kesukaanku di saat kecil dahulu. Saya tidak perduli erangannya, kusedot, kusedot serta kusedot selalu, hingga pada akhirnya zakar Sang Kapten yang panjangnya nyaris 12 centi itu memuncratkan cairan hangat ke mulutku yang mungil. “Aaahh.. saya telah tidak kuat Inge, ” gumamnya. Begitu enaknya cairan spermanya, hingga tidak sadar saya sudah menelan habis tanpa ada tersisa, ini buat seakan Sang Kapten tidak dapat untuk tegak berdiri. Dia bertumpu pada dinding kapal terlebih pergerakan kapal saat ini telah tidak teratur terkadang bergoyang kekiri terkadang kekanan. “Kamu benar-benar hebat Inge, ” puji Kapten Jonny sembari mencium bibirku. “Inge janganlah kau anggap saya telah kalah, tunggulah sebentar.. ” Dia bergegas menuju almari kecil, lalu ambil suatu hal dari botol kecil serta menelannya lalu buka kulkas serta ambil botol minuman semacam Kratingdaeng. “Sini Sayang.. ” tutur sang kapten menyebutku mesra. “Istirahat dahulu kita sebentar, ambil minuman di kulkas untukmu, ” lanjut Kapten Jonny. Kubuka kulkas serta kuraih botol kecil seperti yang diminum Kapten Jonny. Saya meminumnya sedikit untuk sedikit, “Ooohh.. enak sekali minuman ini.. saya tidak sempat rasakan begitu nikmatnya.. minuman apa ini. ” Nyatanya label minuman ini tertulis huruf-huruf yang saya tidak memahami, mungkin saja aksara China, mungkin saja Jepang mungkin saja juga Korea. Ah persetan.. yang perlu tenggorokanku fresh. “Kau berbaringlah di di situ, ” pinta Kapten Jonny sembari menunjuk tempat tidurnya yang ukurannya tidak demikian besar. Kurebahkan badanku diatas kasur yang empuk serta membal. Kulihat jam dinding telah menunjuk jam 12 malam. Saya heran mataku tidak terasa ngantuk, walau sebenarnya umumnya saya telah tidur sebelumnya jam 22 : 00. Saya berniat tidak memakai selimut untuk menutupi badanku, kubiarkan demikian saja badanku yang polos, mungkin ini juga akan menghidupkan gairah libido Sang Kapten yang barusan telah down. Saya mengharapkan mudah-mudahan Sang Kapten juga akan terangsang lihat dadaku yang berniat kuremas-remas sendiri. Sang Kapten telah bangkit dari kursi santainya, dia menenggak sebotol sekali lagi minuman semacam Kratindaeng. Dia telah ada di pinggir ranjang, saat ini dia mulai mengelus-elus kakiku dari ujung jari merambat ke atas serta berhenti lama-lama di pahaku, mengusap-usap serta menjilatinya, serta saat ini lidahnya telah ada di mulut vaginaku. “Ooohh.. geli.. ” Sejurus lalu lidahnya dijulurkan serta menyapu permukaan bibir vaginaku. Pahaku berniat kulebarkan, hal semacam ini buat Sang Kapten jadi bertambah buas serta liar, diseruputnya klitorisku. “Ooohh.. aahh.. lanjutkan Kapten, teruskan Kapten.. Ooohh.. sangat nikmat Kapten..

Poker Online Terpercaya

 ” Tangannya tidak tinggal diam, dicapainya ke-2 payudaraku, diremasnya serta tidak lupa memelintir putingku dengan mesra. “Ooohh.. saya telah tidak tahan Kapten.. ” desisku. “Tahan Sayang.. tahan sebentar.. biarlah saya nikmati vaginamu yang wangi ini.. saya tidak sempat rasakan wanginya vagina dari wanita beda.. ” “Sruupp.. sruupp.. sruupp.. ” Selalu saja mulut Kapten Jonny dengan rajinnya menelusuri sisi dalam vaginaku yang telah empot-empotan ini karena rangsangan yang sangat tinggi. “Sudah Kapten.. segera masukan batang zakarmu, saya telah tidak tahan.. ” “Baik, rasakanlah Sayang.. begitu enaknya rudalku ini.. ” “Tapi bebrapa perlahan Kapten, saya betul-betul masih tetap perawan.. ” “Oke, saya mengerjakannya dengan hati-hati.. ” janji Kapten Jonny. “Buka lebar pahamu, Inge.. ” anjuran Kapten Jonny. Serta.. “Blleess.. ” “Ooohh.. aahh.. ” desisku, walau sebenarnya zakar itu baru masuk tiga perempatnya. “Bles.. bless.. ” “Ooohh.. ” erangku panjang, saya tahu batang selama 12 centi itu telah mengakibatkan kerusakan selaput daraku. Ditariknya sekali lagi rudalnya, lalu dimasukannya sekali lagi selaras dengan goyangan KM. Ciremai oleh ombak laut. “Bless.. bless.. bless.. ” “Ooohh.. oohh.. oohh.. aahh.. aahh.. ” “Aku ingin keluar Kapten, ” ujarku memberitahu Kapten Jonny. “Tahan Sayang.. sebentar.. saya juga menginginkan keluar, saat ini kita kalkulasi hingga tiga. Satu.. dua.. tiga.. ” “Crott.. crott.. crot.. ” sperma Kapten Jonny membasahi gua gelap vaginaku. Begitu hangat serta enaknya air manimu Jonny. Hal semacam ini memancing cairanku turut membanjiri kemaluanku hingga meluber ke permukaan. Kami berdua terkulai lemas, namun Kapten Jonny pernah meraba bibir kemaluanku serta jarinya seakan mencungkil suatu hal dari vaginaku, nyatanya dia tunjukkan cairan merah kepadaku, serta nyatanya yaitu darah perawanku. Dijilatnya darah sembari berkata, “Terima kasih Inge, anda benar-benar perawan.. ” Saya cuma menangis, menangisi kesenangan yang serupa sekali tidak kusesalkan. Kesibukan senggama ini berjalan kembali hingga matahari keluar. Lalu saya tidur hingga siang, makan, tidur serta malamnya kami mengerjakannya sekali lagi berkali-kali seakan tidak ada jemu. Pada akhirnya Pelabuhan Tanjung Priok telah ada di pelupuk mataku. Sebelumnya turun dari kapal saya dibelikan pakaian baru, serta diberi uang yang cukup. Selamat tinggal Kapten.. selamat tinggal Ciremai..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Poker Online Terbaik Indonesia